私はイエス·キリストと私の家族を愛して.

Foto saya
DKI JAKARTA, Jawa Barat, Indonesia
" love someone who is worthy and deserve to be loved ".

Senin, 25 November 2013

SETITIK PERJUANGAN SEORANG DOKTER DALAM MERAIH KEMERDEKAAN.



DR.CIPTO MANGUNKUSUMO
(Pahlawan Kemerdekaan Nasional Tahun 1912 – 1943 )


v      Profil lengkap beliau :
Nama : Cipto Mangunkusumo
Lahir: Pecangakan, Ambarawa, tahun 1886
Meninggal: Jakarta, 8 Maret 1943
Dimakamkan: Watu Ceper, Ambarawa
Pendidikan: STOVIA (Sekolah Dokter) di Jakarta
Pengalaman Pekerjaan:
Dokter pemerintah di Demak
Praktik dokter di Solo
Prestasi Lain:
Berhasil membasmi wabah pes (1910)
Mengembangkan "Kartini Club"
Kegiatan Politik:
Menulis di harian De Express
Mendirikan Indische Partij (1912)
Membentuk Komite Bumiputera
Volksraad
Pengalaman Perjuangan:
Dibuang ke negeri Belanda (1913)
Tahanan kota di Bandung
Dibuang ke Banda Neira (1927)
Dibuang ke Ujungpandang
Dari Ujungpandang dipindahkan ke Sukabumi, Jawa Barat
Dari Sukabumi dipindahkan ke Jakarta
Tanda Penghargaan:
Bintang Orde van Oranye Nassau dari Pemerintah Belanda (dikembalikannya)
Tanda Penghormatan:
Dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat Jakarta

Dokter Cipto Mangunkusumo adalah seorang dokter profesional yang lebih dikenal sebagai salah satu tokoh pejuang kemerdekaan nasional indonesia. Beliau adalah merupakan salah seorang dari pendiri Indische Partij dimana itu merupakan salah satu organisasi partai pertama yang ikut turut berjuang demi  untuk mencapai indonesia yang merdeka dan juga turut aktif di Komite Bumiputera.
Di samping itu, selain aktif di Komite Bumiputera, ia juga banyak melakukan perjuangan melalui tulisan-tulisan yang nadanya selalu mengkritik pemerintahan Belanda di indonesia. Beberapa perkumpulan yang ditujukan untuk membangkitkan nasionalisme rakyat juga pernah didirikan dan dibinanya. Kegiatannya yang selalu berseberangan dengan Belanda tersebut membuat dirinya sering dibuang dan ditahan ke berbagai pelosok negeri bahkan sampai ke negeri Belanda karena tulisan-tulisan beliau yang benadakan perjuangan  sendiri. Awal perjuangan Cipto Mangunkusumo, pria kelahiran Pecangakan, Ambarawa tahun 1886, ini dimulai sejak dia kerap menulis karangan-karangan yang menceritakan tentang berbagai penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Karangan-karangan yang dimuat harian De Express itu oleh pemerintahan Belanda dianggap sebagai usaha untuk menanamkan rasa kebencian,karangan-karangan tersebut banyak mengkritik pemerintahan belanda yang sering menyiksa rakyat indonesia sehingga dianggap Belanda merupakan salah satu cara untuk melawan Belanda.
Ketika aktif menulis di De Express tersebut, sebenarnya dia sudah bekerja sebagai dokter pemerintah, dalam hal ini di pemerintahan Belanda. Pekerjaan itu dia dapatkan setelah memperoleh ijazah STOVIA (Sekolah Dokter) di Jakarta. Saat itu dia ditugaskan di Demak. Dan dari sanalah dia menulis karangan-karangan yang nafasnya mengkritik penjajahan Belanda di indonesia,bagaimana belanda menyiksa dan menyengsarakan rakyat indonesia. Akibat tulisan tersebut, dia diberhentikan dari pekerjaannya sebagai dokter pemerintah.Tidak bekerja sebagai dokter pemerintah yang mendapatkan upah oleh pemerintahan Belanda, membuat dr. Cipto semakin intens atau giat melakukan perjuangan. Pada tahun 1912, dia bersama Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mendirikan Indische Partij salah satu partai pertama yang ada di indonesia,sebagai sebuah partai politik yang merupakan partai pertama yang berjuang untuk mencapai indonesia merdeka. Ketika peringatan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Perancis, pemeritah kolonial Belanda di Indonesia berencana merayakannya secara besar-besaran (di Indonesia). Para pejuang kemerdekaan merasa tersinggung dengan rencana tersebut. Belanda dianggap tidaklah pantas merayakan kemerdekaannya secara menyolok di negara jajahan seperti indonesia saat itu. Dokter Cipto Mangunkusumo bersama para pejuang lainnya membentuk Komite Bumiputera khusus memprotes maksud pemerintah Belanda tersebut. Namun akibat kegiatannya di Komite Bumiputera tersebut, pada tahun 1913, dia dibuang ke negeri Belanda. Tapi belum sampai setahun, dia sudah dikembalikan lagi ke Indonesia di karenakan serangan penyakit asma yang dideritanya oleh karena itu dia dipulangkan. Sekembalinya beliau dari negeri Belanda, dr. Cipto melakukan perjuangan melalui Volksraad. Di sana dia terus melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda dan sebaliknya selalu membela kepentingan rakyat. Karena kegiatannya di Volksraad tersebut, dia kembali mendapat hukuman dari pemerintah Belanda. Ia dipaksa oleh Belanda untuk  meninggalkan kota Solo, kota dimana dia tinggal atau menetap pada waktu itu. Padahal saat itu, ia sedang membuka praktik dokter dan sedang giat mengembangkan "Kartini Club" sebuah perkumpulan di kota tersebut sebagai salah satu bentuk perjuangan beliau.
Dari Solo ia selanjutnya tinggal di Bandung sebagai tahanan kota. Walaupun berstatus tahanan kota, yang berarti bahwa dirinya tidak diperbolehkan keluar dari kota Bandung tanpa persetujuan dari pemerintah Belanda, namun perjuangannya tidak menjadi surut. Dengan berbagai cara dirinya selalu menemukan bentuk kegiatan untuk melanjutkan pergerakan seperti menjadikan rumahnya menjadi tempat berkumpul, berdiskusi dan berdebat dengan para tokoh pergerakan nasional salah satu di antaranya seperti Ir. Soekarno (Proklamator/Presiden pertama RI). Kegiatan-kegiatannya selama di Bandung terutama usaha mengumpulkan para tokoh pergerakan nasional di rumahnya akhirnya terbongkar. Dia kembali mendapat sanksi dari pemerintah Belanda. Pada tahun 1927, dari Bandung beliau dibuang kembali ke Banda Neiradikarenakan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Di Banda Neira, dr. Cipto mendekam/terbuang sebagai tahanan selama tiga belas tahun. Dari Banda Naire dia dipindahkan ke Ujungpandang. Dan tidak lama kemudian dipindahkan lagi ke Sukabumi, Jawa Barat. Namun karena penyakit asmanya semakin parah, sementara udara Sukabumi tidak cocok untuk penderita penyakit tersebut, dia dipindahkan lagi ke Jakarta. Jakarta merupakan kota terakhirnya hingga akhir hidupnya. Dr. Cipto Mangunkusumo meninggal di Jakarta, 8 Maret 1943, dan dimakamkan di Watu Ceper, Ambarawa.Sebagai seorang dokter, dr. Cipto pernah memperoleh prestasi gemilang ketika berhasil membasmi wabah pes yang berjangkit di daerah Malang. Pes merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil yang ditularkan oleh tikus. Karena sifatnya yang menular tersebut maka banyak dokter Belanda yang tidak bersedia ditugaskan untuk membasmi wabah tersebut. Kegemilangannya membasmi wabah tersebut membuat namanya kesohor. Bahkan pemerintah Belanda yang sebelumnya telah memecatnya dari pekerjaannya sebagai dokter pemerintah malah menganugerahkan penghargaan Bintang Orde van Oranye Nassau kepadanya. Namun penghargaan dari Belanda tersebut tidak membuatnya bangga. Penghargaan tersebut malah dikembalikannya pada pemerintah Belanda.
Atas jasa dan perjuagan dan juga pengorbanan beliau sebagai pembela bangsa maka oleh Negara namanya di nobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia yang telah disahkan dengan SK Presiden RI No.109 Tahun 1964, tepatnya tanggal 2 Mei 1964 dan juga nama beliau pun di abadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat di Jakarta,yaitu “RS.CIPTO MANGUN KUSUMO”.
Hikmah yang bisa saya petik dari perjuangan DR.CIPTO MANGUN KUSUMO  yaitu bahwa beliau walaupun bekerja sebagai dokter belanda akan tetapi beliau tidak pernah melupakan rakyatnya sendiri yang masih dijajah oleh belanda yang masih juga tersiksa oleh kekejaman belanda.Dengan pendidikan yang beliau punya beliau melakukan perjuangan melalui tulisan atau karangan beliau yang sangat amat kritis kepada pemerintah belanda yang pada saat itu masih menduduki negeri Indonesia,sebuah bentuk perjuagan dalam bentuk pemikiran disertai tindakan yang nyata dari seorang anak manusia atau anak bangsa yang tidak rela melihat bangsa atau rakyatnya di jajah atau diperbudak  oleh bangsa atau orang lain.Oleh karena itu sepatutnyalah kita sebagai generasi penerus bangsa ini sekarang bersyukur dan memberikan penghargaan dan penghormatan yang besar kepada para pejuang-pejuang di masa lalu sebab atas perjuagan  para pahlawan tersebutlah hingga saat ini kita merasakan apa yang namanya  rasa bebas di tanah atau negeri bebas yang kita cintai dan banggakan ini, tidak ada lagi penindasan dan penjajahan seperti jaman dahulu.



Sekian dulu ulasan atau artikel yang saya buat semoga bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan dan refensi bagi anda-anda sekalian yang membacanya dan apabila ada kesalahan dalam tulisan maupun ulasanya saya mohon dibukakan pintu maafnya, terima kasih.

Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Tjipto_Mangoenkoesoemo